You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Karangnangka
Karangnangka

Kec. Mrebet, Kab. Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah

PEMERINTAH DESA KARANGNANGKA KECAMATAN MREBET KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN VISI “   Bersama Membangun Desa Karangnangka dengan Akhlak Mulia untuk mencapai masyarakat yang sejahtera dunia Akhirat   “

Pameran Lukisan: JAMU TAMBA kelompok Igiran

Abdul Muklis, S.Kom.I 09 Januari 2023 Dibaca 38 Kali
Pameran Lukisan: JAMU TAMBA kelompok Igiran

Pameran Lukisan:
JAMU TAMBA kelompok Igiran
7 - 8 Januari 2023

@Studio Kodok Ngorek 
Purbalingga, Jawatengah 

-------------------------------------------------------------------
Catatan untuk Pameran Kelompok Igiran
JAMU TAMBA : Kopi, Kretek, dan Karya 

“ melukis harus persis, menggambar harus sabar”
( #yaksapedia )

Perkembangan seni rupa hari ini semakin menyenangkan, bisa dilihat dengan poster-poster pameran seni rupa bertebaran melalui media sosial hampir setiap harinya. Dan ini adalah sebuah nilai positif, artinya karya seni rupa semakin diterima publik secara luas. Tak ketinggalan di Purbalingga, Jawa Tengah, yang juga makin menggeliat kegiatan seninya.

Dan pada 7-8 Januari 2023, Komunitas Seni Wong Igiran akan menggelar sebuah pameran di Studio Kodok Ngorek, Purbalingga, Jawa Tengah. Tepatnya di sebuah studio milik perupa Andi Wahyudi yang sekaligus seorang guru seni rupa, yang kemudian mengembangkan studio miliknya sebagai ruang pamer juga. Pameran ini sekaligus juga merupakan pameran perdana dari Komunitas Wong Igiran. Mereka yang tergabung di komunitas ini menyebutnya kumpulan minum kopi dari orang-orang yang hobi menggambar di sekitar lereng Gunung Slamet bagian timur.
Pertemuan antara Kopi dan Kretek yang menjadi ruang bersama untuk Karya Seni mereka. 

Anggotanya rata-rata bermukim di Kecamatan Mrebet, Bobotsari, dan sekitarnya di wilayah Kabupaten Purbalingga. Dengan adanya ruang seni semacam Studio Kodok Ngorek ini akan lebih menambah luas peta buta seni rupa kita. Paling tidak memudahkan untuk identifikasi para seniman seni rupa kita, berada di wilayah mana atau di jalur mana perupa itu duduk dan be-rumah. Dan juga memudahkan untuk berkomunikasi seni dengan komunitas lain dari daerah lain, istilahnya bisa memudahkan untuk jawil-jawilan jika ada event kesenian khususnya seni rupa di daerah lain.

Jika diatas saya tuliskan kalimat “ melukis harus persis, menggambar harus sabar”, pengertiannya adalah bagaimana ketika seseorang melukis maka haruslah persis seperti apa ide/ gagasan yang muncul, dan diekspresikan menjadi karya, dan mampu membuat orang yang mengapresiasinya turut merasakan cita rasa artistik yang dihadirkan. Sementara bagaimana ketika menggambar harus disertai rasa sabar, sehingga mampu menggambarkan pengalaman batinnya menjadi gambar-gambar yang tidak sekadar tampak indah di mata. Pada akhirnya ketika seniman “berani membangun sanggar, harus dengan sadar”.

 Artinya bagaimana ketika wadah, kelompok, komunitas seharusnya juga membuka kesadaran, bahwa sebuah sanggar / wadah yang dibuat merupakan sebuah karya juga. Sanggar, komunitas, kelompok--walaupun kelompok kecil--semacam komunitas Wong Igiran ini merupakan sebuah karya kolaborasi. Sehingga kegiatan-kegiatan yang dibuat diharapkan mampu memberi kontribusi pula untuk lingkungan sosialnya. Kesadaran dalam membuat suatu sanggar atau komunitas dan juga event pameran yang diselenggarakan harusnya dibuat landasan pengetahuan juga, karena sebuah keberhasilan sebuah pameran akan dicatat, dan secara tidak langsung juga membagikan ilmu pengetahuan yang diwacanakan. Sehingga pameran bukan sekedar menghadirkan karya seni dalam ruang galeri yang bersih dan steril dengan disorot lampu spot semata.

Pameran pertama komunitas Wong Igiran ini, mengambil tajuk “Jamu Tamba”, dimaksudkan bahwa pameran ini disuguhkan kepada khalayak sebagai Jamu untuk menjamu setiap pengunjung dengan keindahan-keindahan karya. Sekaligus para apresian/penonton akan mendapat Tamba/ obat melalui pengalaman artistik dan estetik yang didapat ketika berinteraksi dengan karya seni dalam pameran ini. Dalam sejarahnya, di Jawa sendiri kata Jamu adalah suguhan yang berupa minuman yang terbuat dari berbagai macam umbi-umbian, daun-daunan, bunga, hingga rempah. Jamu disuguhkan untuk para tamu istimewa, dimana bertujuan untuk menghilangkan rasa lelah para tamu selepas melakukan perjalanan jauh. Maka dikenal kata Perjamuan, Jamu selalu disuguhkan bersama dengan jamuan makan.

Kalau boleh dibaca, Wong Igiran yang terdiri dari 11 seniman melalui pameran ini sesungguhnya tengah mencari posisi dan memilih wilayah yang nyaman untuk dijadikan tempat bernaung. Kelompok atau komunitas seni semacam ini pada akhirnya menjadi penting untuk dibangun bersama. Sebagai rumah bersama untuk menempa diri, kekaryaan dan pengetahuan seni secara bersama-sama. Keberadaan sebuah komunitas seni semacam ini sangat penting untuk turut membentuk identitas sebuah daerah.

Peran-peran seniman sesungguhnya sangat penting jika disadari oleh setiap pemerintah daerah. Pameran seni rupa seperti yang terjadi di Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Bali tentu saja tidak bisa dijadikan ukuran keberhasilan untuk era sosial media hari ini, karena kesiapan stake holder, ifrastruktur, fasilitas dan jumlah senimannya juga berbeda dengan kota atau daerah lainnya. Akan tetapi, para seniman bisa mengejar kekurangan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin media sosial saat ini sehingga karya-karya mereka juga mendapat respon dari para stake holder dan para pecinta seni.

Melalui tulisan ini, saya mencoba mengajak kawan-kawan di Purbalingga dan sekitarnya untuk mengintip melalui media sosial, bagaimana kota Pasuruhan yang 15 tahun lalu tidak tampak geliat seni rupa di sana, dengan terus-menerus membuat pameran seni rupa bertajuk Gandeng Renteng yang awalnya dimulai dari lima orang. Pameran Gandeng Renteng sudah mencapai ke 12 kalinya dengan peserta yang semakin banyak di setiap event-nya. Dan hari ini Pasuruhan cukup mendapat perhatian dari publik seni rupa kita.

Komunitas seni di Gorontalo, dengan pameran berkala “Maa Ladungga #1 sampai #3, dengan memanfaatkan gudang beras di Desa Huntu yang disulap menjadi sebuah ruang pamer. Ditambah dengan beberapa pameran yang digelar di beberapa ruang, Komunitas Huntu Art Distrik (Hartdist) layak dihormati. Komunitas Seni IPKS: Ikatan Pelukis Kalimantan Selatan, walaupun relatif baru, mereka dengan aktif membuat kegiatan pameran dan sekali membuat pameran tingkat nasional “Bias Borneo”, tentu layak untuk kita apresiasi bersama. Semua aktifitas kawan-kawan seniman di Pasuruhan, di Gorontalo,Sulawesi, IPKS di Kalimantan Selatan, juga beberapa kota lain bisa kita intip lewat laman Facebook atau Instagram, setidaknya sebagai pembanding untuk kita semua, bagaimana keberadaan komunitas seni dan kegiatan seni rupa yang dibuat bisa menjadi ikon sebuah kawasan tanpa harus bergantung dari pemerintah daerah. Jika di sana bisa, Purbalingga seharusnya juga bisa, kan? 

Dalam perkembangannya paska pandemi Covid-19 ini, apakah komunitas seni masih bisa dikelola dengan kesadaran bersama, sebagai rumah bersama. Karena komunitas merupakan sebuah bentuk interaksi sosial yaitu Paguyuban. Dimana di dalamnya para anggotanya saling berinteraksi karena adanya persamaan tujuan, latar belakang, dan kepentingan. 

Para anggota paguyuban bekerja sama secara sukarela secara sadar. Walaupun sesungguhnya di dalamnya akan tidak bisa dihindari terjadi persaingan berebut pahala eksistensi berupa materi atau popularitas. Hal yang tetap harus menjadi landasan persaingan adalah bersaing dalam karya, dan tetap terus menjaga kelangsungan komunitasnya bersama-sama pula, karena tiap anggotanya adalah keluarga. 
Melalui Komunitas/ kelompok seorang seniman lebih mudah untuk bersama-sama untuk show up, dimana strategi pameran kelompok di harapkan menjadi sarana untuk memunculkan para personalnya. 

Diharapkan Komunitas Wong Igiran ini benar-benar menyiapkan gerak-geriknya dalam kancah seni rupa kita, dengan kegiatan-kegiatannya. Management sebuah kelompok dalam memperkenalkan karya-karya para perupa yang di dalamnya sepertinya ditekankan betul, sehingga tahapan yang meliputi Reseach, Organize, Timing, dan Commitment (ROTC), harus terus dibangun dan dikuasai.
Kreativitas dalam mengaktualisasi diri, bukan sekedar move to dari total karya yang selalu ditampilkan, namun dari wacana yang diciptakan, sehingga dengan diharapkan semakin menggeliat dengan adanya change to dari pameran yang mereka gelar event ke event.

Selanjutnya, menunggu aktivitas-aktivitas selanjutnya dari Kelompok IGIRAN , tidak berhenti disini. Juga kepada Andi Wahyudi publik juga akan menagih janji kegiatan-kegiatan di Studio Kodok Ngorek nya. 
Selamat dan Sukses
 
“Sebuah komunitas seni sesungguhnya sebuah rumah bersama, yang bisa menjadi alat identifikasi seorang seniman itu dari mana ia berasal” (#yaksapedia)

Studio Bodo, 1 Januari 2022
Yaksa Agus 
Penulis yang fitrah sesungguhnyaadalah  pelukis

Nb : Tulisan ini dibuat untuk katalog pameran Jamu Tamba

( Copas )

APBD 2025 Pelaksanaan

APBD 2025 Pendapatan

APBD 2025 Pembelanjaan