Persatuan merupakan salah satu ajaran yang sangat mulia dalam Islam. Sebab, persatuan merupakan ruh kehidupan, dan menjadi pilar kekuatan dalam hidup beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengannya, muncullah kebersamaan. Kemudian lahirlah sikap saling mencintai terhadap sesama. Oleh karena itu, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
Artinya, “Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara.” (QS Ali ‘Imran [3]: 103). Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Tafsir Mafatih al-Ghaib, juz 8, halaman 311, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan habl Allah (agama Allah) ini memiliki banyak arti. Di antaranya ada yang mengartikan dengan taat atas segala perintah dan menjauhi larangan. Ada juga yang mengartikan dengan bertaubat kepada Allah. Hanya saja, pendapat yang paling kuat dalam mengartikan ayat ini adalah dengan makna spirit persatuan antar sesama. Oleh karena itu, ayat di atas memiliki kandungan dan makna persatuan yang harus digenggam erat oleh semua manusia. Dengan persatuan, segala rintangan akan mudah diselesaikan. Dengan persatuan, segala yang rumit menjadi mudah. Dengan persatuan pula, setiap sesuatu yang berat akan menjadi ringan. Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah Semangat persatuan pada hakikatnya sudah digaungkan oleh Rasulullah sejak masa kenabiannya. Dia tidak henti-hentinya untuk berkhutbah di hadapan para sahabat untuk terus bersatu dan menghindari perpecahan. Dan, salah satu buktinya adalah dengan bersatunya sahabat Anshar dan Muhajir, sehingga menjadi sahabat yang sangat solid dan saling bahu membahu antara keduanya. Tidak hanya Rasulullah, para sahabat juga demikian, mereka selalu berupaya untuk terus mempertahankan persatuan antar sesama. Di antaranya adalah sahabat Abdullah bin Mas’ud yang diceritakan dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir. Dalam suatu kesempatan, ia berkhutbah di hadapan para sahabat yang lainnya untuk terus bersatu. Ia mengatakan:
خَطَبَنَا عَبْدُ الله يَوْمًا خُطْبَةً لَمْ يَخْطُبْنَا مِثْلَهَا قَبْلَهَا وَلَا بَعْدَهَا، قَالَ: أَيُّهَا النَّاسُ أتَّقُوْا اللهَ وَعَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ وَالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّهَا حَبْلُ اللهِ الَّذِي أَمَرَ بِهِ وَإِنَّ مَا تَكْرَهُوْنَ فِي الطَّاعَةِ وَالْجَمَاعَةِ خَيْرٌ مِمَّا تُحِبُّوْنَ فِي الْفُرْقَةِ
Artinya, “Abdullah bin Mas’ud telah berkhutbah kepada kami di suatu hari, dengan khutbah yang tidak pernah disampaikan sebelumnya atau sesudahnya. Ia berkata: Wahai Mahusia! Bertakwalah kalian semua kepada Allah, dan berpegangteguhlah dengan ketaatan dan persatuan, karena persatuan itu adalah tali Allah yang telah Dia perintahkan. Sungguh, apa yang dibenci dalam ketaatan dan persatuan, lebih baik dari apa yang disenangi dalam perpecahan.”
Allah swt tidak hanya memerintahkan persatuan, namun juga melarang bahkan mengancam dengan sangat tegas orang-orang yang bercerai berai. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya, “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat.” (QS Ali ‘Imran [3]: 105).
Demikian artikel ini, Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua, serta bisa menjadi penyebab untuk meningkatkan ibadah, ketakwaan, keimanan, dan menjauhi segala larangan.
Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-memperkokoh-persatuan-dan-menghindari-perpecahan-VWiEY